Rabu, 25 Juni 2014

Hikmah Budaya Hidup Tiga Jenis Serangga yang Menjadi Nama Surah dalam Al-Qur’an

Tiga jenis serangga yang menjadi nama tiga surat dalam Al-Qur’an adalah semut (An-Naml), laba-laba (Al-Ankabut), dan lebah (An-Nahl). Ketiga binatang itu punya ciri yang khas dan unik. Ketiga binatang kecil ini menjadi kisah dalam Al-Qur’an tentu ada sebabnya dan maksudnya. Agar menjadi contoh dan suri tauladan dalam kehidupan kita.
Berikut uraian budaya hidup tiga jenis serangga tersebut agar menjadi pelajaran hidup manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia.

1. Semut (An-Naml)
Semut terkenal dengan semangat gotong-royong dan kerja kerasnya. Namun semut juga memiliki kebiasaan rakus akan makanan. Semut memakan segalanya, mulai dari biji-bijian, bangkai serangga hingga sisa-sisa sampah.
Semut menghimpun makanannya sedikit demi sedikit tanpa henti. Karena ketamakannya menghimpun makanan, binatang ini selalu berusaha keras dan sering memikul beban yang lebih besar dari badannya. Serta menumpuk-numpuk berbagai jenis makanan melebihi persediaan dari batas umurnya.
Di zaman ini jelas banyak orang yang berbudaya seperti semut. Budaya semut adalah ‘budaya menumpuk-numpuk harta’. Rakus akan harta tanpa disesuaikan dengan kebutuhannya. Siang malam berkerja tanpa melihat baik benarnya cara harta didapat. Orang seperti ini biasanya bersifat kikir enggan berbagi, yang penting dirinya kaya berkecukupan. Memandang dan mengukur segala sesuatu dari segi materi, yang ada di otaknya hanya berfikir bagaimana cara mendapatkan harta sebanyak-banyaknya.
Orang berbudaya hidup seperti semut selalu panjang angan-angan, menganggap kehidupan dunia adalah kekal. Umurnya dihabiskan hanya untuk mengejar dan menumpuk-numpuk kekayaan. Sedikit sekali waktunya disisihkan untuk menyiapkan bekal waktu kembali menghadap sang pencipta.
2. Laba-laba (Al-Ankabut)
Laba-laba adalah binatang yang pintar membangun jaring perangkap. Meski terlihat rapuh namun demikian jaring ini bukanlah tempat yang aman. Binatang kecil apa pun yang tersangkut di sana akan terjebak, disergap pemilik perangkap lalu tewas.
Orang berbudaya hidup seperti kebiasaan laba-laba adalah orang yang cerdik namun cenderung licik. Pintar merencanakan dan mengatur perangkap. Satu-persatu, helai demi helai jaring perangkap dibentangkan. Walau terlihat indah tapi tujuan akhirnya adalah memangsa dan membunuh.
Orang berbudaya laba-laba sangat merugikan orang lain dan tidak mensyukuri nikmat yang telah didapatkannya, ia tidak lagi berpikir tentang sekitarnya dan mereka tidak lagi membutuhkan berpikir apa, siapa, kapan, dan di mana. Apa yang ia pikirkan hanyalah untuk kepentingan dan kesenangan pribadi.
Orang hidup meniru gaya laba-laba adalah orang yang tidak tahu berterimakasih dan berhati dingin. Bukan hanya musuh yang dihancurkannya tetapi juga teman bahkan orang-orang paling dekat dengannya juga dikhianatinya. Itu terlihat dari kebiasaan laba-laba yang membunuh dan memakan sendiri pasangannya, bahkan tak jarang anak-anak laba-laba yang baru menetas memakan induknya.
3. Lebah (An-Nahl)
Lebah terkenal dengan serangga yang sangat disiplin, setia dan rela berkorban. Dalam tugas hidupnya pembagian peran lebah ada lebah pekerja, lebah ratu dan lebah pejantan. Semua bekerja dengan teratur tanpa pernah saling berkelahi atau mengeluh. Segala hal yang tidak berguna disingkirkan dari sarang.
Sumber makanannya dipilih dari yang baik-baik saja yaitu nektar (sari bunga) dari bunga yang terbaik dan menghasilkan yang baik pula berupa madu. Sarang lebah juga terkenal sangat steril sehingga tidak ada bakteri/kuman yang masuk sehingga tidak ada pembusukan di sarang lebah.
Lebah tidak akan menggangu kecuali ada yang menggangunya. Sering kali lebah mengorbankan hidupnya hanya demi mempertahankan sarang dan koloninya karena lebah akan mati begitu satu serangan sengatan di sarangkan ke penggangunya. Hebatnya lagi, sengatan lebah ini pun bermanfaat untuk manusia untuk dijadikan obat. Mereka berjasa dalam penyerbukan bunga-bunga dan tumbuhan. Madunya pun bermanfaat besar untuk kesehatan manusia.
Budaya hidup lebah ini harus menjadi cermin hidup bagi seorang muslim karena budaya lebah tidak merusak dan tidak merugikan orang lain, bahkan hidupnya sangat bermanfaat dan dibutuhkan bagi orang lain disekitarnya. Semangat kedisiplinan, kesetiaan dan pengorbanan yang tidak memandang pamrih kecuali mencari ridha Allah.
Budaya hidup lebah diibaratkan Nabi Muhammad SAW. Tidak makan kecuali berasal dari sumber yang baik, tidak menghasilkan kecuali bermanfaat dan berguna bagi orang lain, dan jika menggunakan sesuatu tidak merusak dan tidak pula menghancurkannya.

Sumber :  / 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar