Dalam dunia kemitraan semut-tanaman yang kompleks, serangkaian monogami dapat membantu pohon memaksimalkan kebugaran evolusi mereka, demikian yang ditunjukkan sebuah studi baru dari Universitas Florida.
Pohon yang secara berurutan bermitra dengan banyak jenis spesies semut menghasilkan keturunan yang lebih banyak dari pohon yang mempertahankan hubungan seumur hidup dengan semut tunggal
– bahkan sekalipun mereka bermitra dengasn spesies semut yang menyakiti pohon, kata Todd Palmer, seorang profesor biologi UF.
Studi
ini memiliki implikasi yang luas karena banyak dari ekosistem di dunia
mengandalkan kerjasama kemitraan antar spesies, kata Palmer.
“Ketika
Anda menyelam di atas terumbu karang, Anda melayang di atas seekor
hewan – yaitu karang – yang sangat bergantung pada ganggang untuk
bekerjasama dalam fotosintesis, sama seperti ketika Anda makan apel, Anda memetik manfaat dari pohon yang diserbuki serangga,” katanya.
Menurut
Palmer, banyak penelitian sebelumnya tentang kerjasama di alam, atau
mutualisme, telah difokuskan pada “problem tukang curang”: Bagaimana
bekerja sama bertahan ketika kedua belah pihak memiliki insentif untuk
menuai keuntungan tanpa memberikan kontribusi bagi kebaikan bersama?
Studi ekologi yang cenderung berjangka pendek, dengan mencap spesies
sebagai “kooperator” atau “pembonceng”, sebenarnya tergantung pada
perhitungan rasio biaya-manfaat selama beberapa tahun.
Palmer
dan timnya mengambil pendekatan yang berbeda, melihat pohon Afrika umum
dan hubungannya dengan empat mitra semut khusus selama seumur hidup
pohon tersebut.
Temuan yang
mengejutkan adalah bahwa pohon di Kenya melakukan yang terbaik saat
ditempati oleh kesemua empat spesies semut selama hidupnya, meskipun
satu spesies semut yang bergabung dapat mempertinggi tingkat kematian
pohon; semut lainnya mensterilkan pohon, dan semut yang ketiga sangat
ketakutan menghadapi persaingan tiga spesies semut lain sehingga tidak
melakukan apa-apa, kata Palmer, yang mana makalahnya diterbitkan online minggu ini dalam Proceedings of the National Academy of Sciences.
“Melihat
pada biaya dan manfaat bagi pohon tersebut, bukan hanya pada satu masa,
tetapi dalam hal jumlah keturunan yang dihasilkan selama seumur hidup,
hasil terbaik diperoleh tidak berasal dari “mutualisme kebaikan” seperti
yang kami pikirkan, melainkan diperoleh dengan memiliki semua empat
jenis semut pada tahap kehidupan yang berbeda – bahkan dengan semut yang
disebut brengsek, tukang bonceng, curang, parasit.” katanya.
Sebelumnya,
hanya satu dari empat spesies semut yang diakui sebagai kooperator,
karena berhasil mempertahankan pohon dari gajah dan herbivora lainnya
dalam pertukaran menggunakan sumber daya pohon, kata Palmer. Tiga semut
lainnya hanya dianggap memamerkan berbagai tingkat perilaku kecurangan,
katanya.
Kunci dalam temuan baru ini
adalah waktu. Ketika suatu spesies hidup dalam waktu yang lama,
kebutuhannya dapat berubah drastis karena tumbuh dari muda sampai tua,
dan asosiasi berurutan bersama beberapa mitra dapat membantu memenuhi
kebutuhan tersebut pada waktu yang berbeda, katanya.
“Sebuah
analogi manusia, mungkin saja apa yang kita cari dalam kemitraan
romantis saat kita muda – mungkin seseorang yang berani dan menarik,
yang suka menjadi bernyali dan mengambil resiko – tidak selalu menjadi
hal yang kita cari dalam kemitraan romantis saat kita bertambah tua,
ketika stabilitas, kemampuan untuk mempertahankan pekerjaan dan
menafkahi anak-anak menjadi lebih penting,” katanya. “Mitra terbaik yang
mungkin adalah yang benar-benar sebuah fungsi di mana Anda berada dalam
hidup Anda dan apa yang Anda butuhkan adalah pada momen yang khusus
tersebut.”
Dengan cara yang sama,
spesies mutualistik mungkin memerlukan mitra yang membantunya bertahan
selama rentan tahun lebih muda, bahkan jika mitra tersebut justru
mencegahnya berkembang biak, kata Palmer. Pada kehidupan kemudian,
ketika ukuran besar membuat individu kurang rentan, pasangan ideal dapat
menjadi salah satu yang meningkatkan reproduksi bahkan ketika ia
mengurangi kemungkinan kelangsungan hidup jangka panjang, katanya.
Selama
delapan tahun, Palmer dan para rekannya secara tahunan memantau
kelangsungan hidup, pertumbuhan, reproduksi dan hunian semut dari 1.750
pohon Akasia drepanolobium dan membangun model demografis yang
terkait kebugaran seumur hidup pohon terhadap pendudukan berbagai
kombinasi dari empat mitra semut. Pembonceng ternyata lebih dari apa
yang mereka tampakkan, katanya.
Semut
yang bersekongkol dengan kumbang kayu dapat membunuh pohon? Ternyata
sebelum membunuh pohon, hal itu menyebabkan pohon memproduksi biji dalam
jumlah yang banyak sekali, kata Palmer. Demikian pula, semut yang
menggerogoti pohon sebenarnya merupakan pelindung yang agresif, sehingga
selagi pohon tidak bereproduksi selama bertahun-tahun, ia seolah
bertahan hidup untuk menghasilkan buah lebih banyak setelah si
penggerogot digusur oleh spesies semut lain.
Dan
semut ketakutan yang yang tidak melakukan apa-apa sebenarnya sudah
cukup melakukan sesuatu, kata Palmer. “Semut ini sedikit membela pohon,
tetapi tidak seperti spesies semut lainnya, sangat setia dan hampir
tidak pernah meninggalkan pohon itu,” katanya. “Dan memiliki semut jauh
lebih baik daripada tidak memiliki semut sama sekali, karena jika Anda
tidak memiliki semut, Anda akan diganjar oleh segala sesuatu dari ulat
hingga gajah.”
Sumber: sciencedaily.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar