Rabu, 25 Februari 2015

Manfaat Semut Untuk kehidupan


Semut RangrangDalam dunia kemitraan semut-tanaman yang kompleks, serangkaian monogami dapat membantu pohon memaksimalkan kebugaran evolusi mereka,  demikian yang ditunjukkan sebuah studi baru dari Universitas Florida.







Pohon yang secara berurutan bermitra dengan banyak jenis spesies semut menghasilkan keturunan yang lebih banyak dari pohon yang mempertahankan hubungan seumur hidup dengan semut tunggal
Bibit kroto
                                                     

– bahkan sekalipun mereka bermitra dengasn spesies semut yang menyakiti pohon, kata Todd Palmer, seorang profesor biologi UF.
Studi ini memiliki implikasi yang luas karena banyak dari ekosistem di dunia mengandalkan kerjasama kemitraan antar spesies, kata Palmer.
“Ketika Anda menyelam di atas terumbu karang, Anda melayang di atas seekor hewan – yaitu karang – yang sangat bergantung pada ganggang untuk bekerjasama dalam fotosintesis, sama seperti ketika Anda makan apel, Anda memetik manfaat dari pohon yang diserbuki serangga,” katanya.
Menurut Palmer, banyak penelitian sebelumnya tentang kerjasama di alam, atau mutualisme, telah difokuskan pada “problem tukang curang”: Bagaimana bekerja sama bertahan ketika kedua belah pihak memiliki insentif untuk menuai keuntungan tanpa memberikan kontribusi bagi kebaikan bersama? Studi ekologi yang cenderung berjangka pendek, dengan mencap spesies  sebagai “kooperator” atau “pembonceng”, sebenarnya tergantung pada perhitungan rasio biaya-manfaat selama beberapa tahun.
Palmer dan timnya mengambil pendekatan yang berbeda, melihat pohon Afrika umum dan hubungannya dengan empat mitra semut khusus selama seumur hidup pohon tersebut.
Temuan yang mengejutkan adalah bahwa pohon di Kenya melakukan yang terbaik saat ditempati oleh kesemua empat spesies semut selama hidupnya, meskipun satu spesies semut yang bergabung dapat mempertinggi tingkat kematian pohon; semut lainnya mensterilkan pohon, dan semut yang ketiga sangat ketakutan menghadapi persaingan tiga spesies semut lain sehingga tidak melakukan apa-apa, kata Palmer, yang mana makalahnya diterbitkan online minggu ini dalam Proceedings of the National Academy of Sciences.
“Melihat pada biaya dan manfaat bagi pohon tersebut, bukan hanya pada satu masa, tetapi dalam hal jumlah keturunan yang dihasilkan selama seumur hidup, hasil terbaik diperoleh tidak berasal dari “mutualisme kebaikan” seperti yang kami pikirkan, melainkan diperoleh dengan memiliki semua empat jenis semut pada tahap kehidupan yang berbeda – bahkan dengan semut yang disebut brengsek, tukang bonceng, curang, parasit.” katanya.
Sebelumnya, hanya satu dari empat spesies semut yang diakui sebagai kooperator, karena berhasil mempertahankan pohon dari gajah dan herbivora lainnya dalam pertukaran menggunakan sumber daya pohon, kata Palmer. Tiga semut lainnya hanya dianggap memamerkan berbagai tingkat perilaku kecurangan, katanya.
Kunci dalam temuan baru ini adalah waktu. Ketika suatu spesies hidup dalam waktu yang lama, kebutuhannya dapat berubah drastis karena tumbuh dari muda sampai tua, dan asosiasi berurutan bersama beberapa mitra dapat membantu memenuhi kebutuhan tersebut pada waktu yang berbeda, katanya.
“Sebuah analogi manusia, mungkin saja apa yang kita cari dalam kemitraan romantis saat kita muda – mungkin seseorang yang berani dan menarik, yang suka menjadi bernyali dan mengambil resiko – tidak selalu menjadi hal yang kita cari dalam kemitraan romantis saat kita bertambah tua, ketika stabilitas, kemampuan untuk mempertahankan pekerjaan dan menafkahi anak-anak menjadi lebih penting,” katanya. “Mitra terbaik yang mungkin adalah yang benar-benar sebuah fungsi di mana Anda berada dalam hidup Anda dan apa yang Anda butuhkan adalah pada momen yang khusus tersebut.”
Dengan cara yang sama, spesies mutualistik mungkin memerlukan mitra yang membantunya bertahan selama rentan tahun lebih muda, bahkan jika mitra tersebut justru mencegahnya berkembang biak, kata Palmer. Pada kehidupan kemudian, ketika ukuran besar membuat individu kurang rentan, pasangan ideal dapat menjadi salah satu yang meningkatkan reproduksi bahkan ketika ia mengurangi kemungkinan kelangsungan hidup jangka panjang, katanya.

Selama delapan tahun, Palmer dan para rekannya secara tahunan memantau kelangsungan hidup, pertumbuhan, reproduksi dan hunian semut dari 1.750 pohon Akasia drepanolobium dan membangun model demografis yang terkait kebugaran seumur hidup pohon terhadap pendudukan berbagai kombinasi dari empat mitra semut. Pembonceng ternyata lebih dari apa yang mereka tampakkan, katanya.
Semut yang bersekongkol dengan kumbang kayu dapat membunuh pohon? Ternyata sebelum membunuh pohon, hal itu menyebabkan pohon memproduksi biji dalam jumlah yang banyak sekali, kata Palmer. Demikian pula, semut yang menggerogoti pohon sebenarnya merupakan pelindung yang agresif, sehingga selagi pohon tidak bereproduksi selama bertahun-tahun, ia seolah bertahan hidup untuk menghasilkan buah lebih banyak setelah si penggerogot digusur oleh spesies semut lain.
Dan semut ketakutan yang yang tidak melakukan apa-apa sebenarnya sudah cukup melakukan sesuatu, kata Palmer. “Semut ini sedikit membela pohon, tetapi tidak seperti spesies semut lainnya, sangat setia dan hampir tidak pernah meninggalkan pohon itu,” katanya. “Dan memiliki semut jauh lebih baik daripada tidak memiliki semut sama sekali, karena jika Anda tidak memiliki semut, Anda akan diganjar oleh segala sesuatu dari ulat hingga gajah.”

Sumber: sciencedaily.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar